Semarak Pesta Jazz Indonesia
32th Jazz Goes To Campus
Event jazz tanah air ini yang sering banyak menyedot perhatian musisi dan penikmat musik jazz di tanah air bahkan manca negara, ternyata merupakan event jazz yang bisa dibilang tertua setelah North Sea Jazz Festival. Event yang digagas oleh Chandra Darusman dkk, mulai aksi pertamanya pada tahun 1978.
Sampai saat ini masih tetap exist dan menghadirkan musisi-musisi kelas dunia yang sudah memiliki nama besar seperti : Bob James, Dave Koz, Ron Reeves, Los Cabaleros, Coco York, Claire Martin Quintet, dan Curtis King, dan seguadang musisi-musisi lainnya yang turut memeriahkan pagelaran jazz akbar di tanah air ini. Di samping itu musisi jazz senior maupun junior papan atas tanah air kerap kali tidak pernah absen dalam pagelaran acara ini antara lain :Bubi Chen, Bill Saragih, Benny Likumahua, Ireng Maulana, (alm) Jack Lesmana, Krakatau Band, Idang Rasjidi.
Acara yang digawangi oleh anak-anak mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia merupakan event rutin tahuanan, yang kali ini mengusung tema "Sense of Rejuvenation", memiliki arti Mencoba mengambil esensi dari pembaharuan, revitalisasi, penyegaran kembali, ataupun menghidupkan kembali musik jazz di Indonesia.
Sabtu, 21 Agustus 2010
Berikut ini adalah tips dari Tracy Robar, teknisi bass yang telah lama membantu Flea untuk mendapatkan sound bassnya yang dahsyat itu.
Tracy sendiri bukan teknisi yang sembarangan, sebelum bekerja untuk Flea dan Red Hot Chili Peper ia sebelumnya menjadi teknisi stage di L.A Palladium, lalu menjadi teknisi untuk L7 dan Dada.
Kemahiran sebagai teknisi inilah yang membuatnya bekerja sama dengan para musisi top seperti Sheryl Crow, Rage Against The Machine, Nine Inch Nails, dan akhirnya dengan Red Hot.
- Bass dan string
Semua bass yang digunakan Flea memakai BaddAss II bridge, Aguilar OBP-1 pre-amp, dan Lane Poor pickup. Flea juga memakai strings GHS Boomers ukuran 45--105, dan selalu mengganti senar bass utamanya sebelum show, sedangkan bass-bass cadangannya biasanya ganti senar seminggu sekali. Sekarang GHS sudah menerbitkan Boomers seri Flea Signature Series.
Untuk lagu-lagu yang membutuhkan pick, misalnya lagu 'Parallel Universe', Flea memakai Dunlop Tortex 60mm. Flea suka sekali memasang bassnya pada oktaf yang sangat rendah. Memakai tuning Peterson Strobe dan Korg Digital Tuner.
- Rig
- Efek
Kemudian sinyal dikirim ketiga Gallien Krueger 2001 RB Amp Head, lalu disambungkan ke dalam rangkaian serial. Sehingga satu head dapat menjadi "Master Head".
Setiap head memakai dua amplifier (bi amp) ke dalam kabinet G-K 410RBH 4x10 dan 115 RBH 1x15, dengan sebuah speaker 10 inci yang di-miking dengan Hsure SM98, yang mana sinyal dari mic ini juga dikirim ke house.
- Kabel
Kurang lebih seperti itu sound yang dipergunakan oleh Flea, mudah-mudahan informasi ini berguna dan bisa diterapkan dalam menemukan sound yang diinginkan.
sumber : AudioPro (www.audiopro.co.id)
Teknik Tinggi Mengandalkan Sound Natural
Dalam industri musik dunia, banyak band sukses yang justru memiliki kualitas musikal yang cenderung 'biasa-biasa'. Meskipun demikian, banyak juga band sukses lain yang musisinya juga memiliki kualitas musikal yang tinggi. Ujar pemain bass kawakan yang satu ini.
Pencabik bass band Mr.Big kelahiran Buffalo New York, 19 Maret 1953 ini menyebutkan beberapa nama sukses yang menurutnya "fake" atau bukan menyanyi yang sesungguhnya, sepertiBritney Spears, Pussycat Dolls, dan beberapa nama lain. Akan tetapi, nyatanya mereka sukses dan menghasilkan banyak uang. Mereka menjual tampilan, bukan kualitas secara musikal. Inilah fakta dan kenyataan pada industri musik dewasa ini. Akan tetapi, saya pikir saya tetap memilih kualitas musikal yang baik untuk bisa menembus industri tersebut (sembari menyebut beberapa nama seperti AC/DC, Whitney Houston, Alicia Keys, atau mantan vokalis Mr. Big, Eric Martin).
Sebagai seorang bass player, nama Billy Sheehan sudah mulai diperbincangkan saat membentuk band Talas (1979), sampai akhirnya bergabung dengan Michael Schenker dalam kelompok UFO (1983). Sekarang Billy bergabung dalam Steve Vai band.
Namanya mulai lebih dikenal saat bergabung dengan David Lee Roth bersama Steve Vai. Meski akhirnya Billy Sheehan cabut, dan bertemu denga Eric Martin (vokal), Paul Gilbert (gitar), dan Pat Torpey (drum) di tahun 1988 yang kemudian membentuk Mr.Big. Band Hard Rock yang memadukan harmonisasi dan skill inilah yang melambungkan namanya keseluruh dunia. Bahkan pemain bass yang dikenal dengan teknik Two-hand tapping ini sukses menyabet gelar "The Best Bassist" sebanyak 11 kali versi majalah Bass Player, dan 5 kali versi majalah Burn. Selain itu juga meraih predikat "Best Rock Bass Player" versi majalah Guitar Player.
- Sound Ada di Tangan
Untuk itu Billy Sheehan memilih Ampeg SVT-Pro head untuk mendapatkan sound distorsi yang natural, degan cara menaikan volume pada ampli head tersebut. Billy Sheehan termasuk pemain bass yang tidak pernah mengubah-ubah setup maupun equipment yang digunakannya. Walaupun memiliki signature series head amps dari Ampeg SVT-BSP, produk diatas masih digunakannya sampai saat ini. Selain itu didukung dengan Ampeg Cabinet 8x10, yang menurutnya memiliki karakter low yang sangat kuat.
Jika dibutuhkan, saat live pemain bass ini juga lebih memilih sistem rack. "ini hanya membantu saat live saja. Akan tetapi, sound yang sebenarnya datang dari tangan kita. Semakin banyak kita menggunakan efek, sound orisinal akan semakin hilang. Justru hal ini akan mempengaruhi kualitas skill seorang musisi. Jika seorang musisi bisa menghasilkan sound tanpa banyak bantuan hal-hal yang bersifat elektronik, dia adalah tipe musisi yang baik.
- Latihan dan Bermain
- Bass yang Nyaman Digunakan
Sebelum bergabung dengan Yamaha, Billy Sheehan awalnya menggunakan Fender Precission Bass. Dan bass inilah yang diadaptasi menjadi Attitude bass. "Awalnya saya mencoba bass Yamaha klasik BB series. Saya sangat suka dengan karakter sound yang dihasilkan. Kemudian saya mengkombinasikan bass lama saya dengan BB series ini, tentu saja dengan berbagai pembenahan baru. Pada akhirnya saya hanya mengadaptasi body dari bass Fender saya. Necknya saya buat lebih solid dengan konsep lebih masuk ke dalam dan di sambung dengan dua buah scrup.
Mengapa masih menggunakan bass berdawai 4, sementara tren yang berlaku lebih kearah bass 5 string atau lebih. Billy menyatakan bahwa pada dasarnya ia lebih menyukai karakter bass klasik yang hanya menggunakan 4 buah string. dan menurutnya itu sudah cukup. "Anda melihat Paul McCartney, Marcus MIller, Jaco Pastorius, Stu Hamm, dan banyak pemain bass lainnya juga menggunakan 4 string saja".
Saya tidak perlu menggunakan lebih dari itu. Saya bisa memaksimalkan pada permainan tangan untuk eksplorasi sound yang luas. Kebetulan bass signature saya menggunakan sistem Tunner"D" Hipshop, yang dapat menurunkan tuning senar "E" lebih rendah ke "D". Hal ini dapat menghasilkan sound seperti dari bass berdawai 5 atau 6.
Selain banyak berbicara mengenai hal-hal teknis, Billy Sheehan yang bisa memainkan beberapa alat musik ini memberi masukan bagaimana bermain bass yang baik. "Bass merupakan mediator dari Rhytm dan melodi. Ini merupakan peranan penting pada sebuh band. Untuk menjadi seorang pemain bass yang baik, harus bisa mengikuti permainan seorang drumer dan sanggup memberikan nada pada beat-beat yang dihasilkan.
Demikian Sekelumit tentang Billy Sheehan, mudah-mudahan menambah wawasan baru dalam bermain musik, khususnya bass guitar.
Sumber : AudioPro (www.audiopro.co.id)